Thursday, June 23, 2011

STOP NUCLEAR POWER PLANT on earth!!!

This morning we were (DH+me) watched news at television, "ohayou nippon", then one section of the news was about nuclear power plant, and also mentioned Indonesia plan to make nuclear power plant too!
OMG!!! Indonesia plan too....yes, few times ago, I heard about it, but I thought it was just a gossip, but it is true!!! a big true!!!

and the mr.x (don't know who is him) said in short interviewed: "Indonesia and Japan has similarity problem, bla...bla...."
yes, then? helloooo...mr.x??? did you know what you talked about? knock!...knock!...

Can't Indonesia learn something from Fukushima-daiichi???
I can't trust my eyes, ears, head anymore, whith what I saw in television this morning...

then it was short conversation between me and DH:
me: I heard it few times ago in the FB, I thought...(lost my words...)
DH: you thought it was gossip?
me: yes, but now, it becoming true! (with big opened eyes)
DH: jadi kalo nanti ada masalah, radiasi yang leakage, bisa bilang, fukushima bilang tidak apa-apa (while saying it, he did thumb-up and spoke Indonesian with his limit vocabulary and grammar)
me: *sigh!!!! totally lost all my words...

pleaseeee!!!! someone there, see with your bigger eyes...nuclear power plant is not the best solution for earth, for now and perhaps forever....as long as you still cannot control the earthquake power, then better you develop other energy source...solar and wind and water and sea waves and other clean and environmental friendly energy source.
what is your purpose with this nuclear power plant? show off? NO WAY! your ability and capability not there yet!
I beg you, STOP NUCLEAR POWER PLANT on earth!!!

manusia tanpa label

dari jaman lahir sampai se-gede ini, rasanya ga lepas dengan pe-label-an, secara sadar ato ga sadar, hal ini terus mengelilingi kita, bahkan pe-label-an itu bisa menjadi berlapis2...
norma dan kesusilaan yang di buat manusia demi tatanan hidup yang di harapkan menjadi madani, walopun sampe sekarang, rasanya nama "madani" itu menjadi sesuatu yang sangat sakral dan agung di telinga. karena pada kenyataannya belom ada daerah/manusia/mahluk hidup yg mencapai tingkatan itu...ga tau bagaimana dengan mahluk mati...
mungkin pada detik2 penghembusan nafas terakhir barulah kita akan bisa mengerti dan mencapai "madani" itu, tapi entahlah, itu di luar jangkau sekarang ini.
rasanya kata "budaya", "norma", "kesusilaan", "bahasa" dan sebangsanya yang merupakan perangkat2 dinamis, akan selalu berevolusi dan mengikuti perkembangan manusia tersebut, yang tadinya di harapkan bisa menjadi alat menuju ke-madani-an tersebut, tapi ternyata sejauh ini, semua itu masih belom terjadi...
jadi, bisa di katakan disini bahwa "madani" adalah "harapan hidup" semua manusia, yang mana standard "madani" setiap manusia itu berbeda2 tentunya, tergantung sudut pandang, pengalaman hidup, pola asuh, dan cara berfikir.
oleh karena itu, kita mulai me-label-i setiap bentuk/wujud hidup...entah itu pangkat, proses, dan lainnya.
jujur aja, gw termasuk manusia yang terperangkap dengan pe-label-an itu, walopun masih sebagai objek sejauh ini, di setiap tarikan nafas, di setiap aliran darah, di setiap denyut jantung....sangat menyiksa sebenernya, kehidupan dengan pe-label-an itu, sampai detik ini, barulah tersadar dengan semua itu...
siksaan yang di jalani setiap hari, mejadi tidak terasa lagi, karena sudah terbiasa, seperti "memang bagian dari proses hidup" atau ada yang menyebutnya sebagai "proses pendewasaan".
ada manusia2 tertentu yang dianggap "dunia normal" sebagai "orang gila" atau "pembangkang" atau sebutan lainnya, yang hanya karena mereka "tidak biasa", "tidak seperti manusia pada umumnya", tetapi justru mereka2 lah yang lebih dahulu terlepas dari "pe-label-an" tersebut, namun kita manusia2 yang menyebut dirinya "normal" yang tidak suka alias ngiri setengah mampus dengan "kelepasan" mereka itu, sampai saking ngiri nya kita, kita memasukkan mereka ke dalam kotak2, penggolongan2, dan mengkandang2kan mereka seperti tidak layak untuk menghirup udara dengan gratis, hanya karena mereka minoritas.
nah! kembali ke topik utama, pertanyaannya sekarang, bisakah hidup sebagai manusia tanpa label, yang membebaskan jiwa itu dengan/terlihat/seperti "normal"? dalam sudut pandang manusia "normal": bisa iya dan bisa tidak; iya bisa, karena pe-label-an itu sendiri berlapis2, maka jadinya akan seperti ikan yang melepaskan sisiknya satu persatu, akan dapatkan hidup dengan berdarah2 dan kesakitan dan boncel2 dan ketimpangan2; dan menjadi tidak bisa karena demikian berlapis2nya pe-label-an itu, maka bisa jadi, kita sebenarnya malah makin bersembunyi/terkubur makin dalam di dalam label2 itu....

Thursday, June 9, 2011

dua lagi dari "Eat pray love"

dua lagi dari "Eat pray love":

"Having a baby is like getting a tattoo on your face, you kind of wanna be fully committed"
attraversiamo = cross/let's cross over

Ruin is a gift

Ga jadi posting yang mo gw posting, krn terlalu mengharu biru, dan lebay tralala... :))
jadi gw posting ini aja:
dari film "Eat pray love" yg main Julia Robert dan Christine Hakim juga :)

Ruin is a gift. Ruin is the road to transformation.
Dear David, We haven't had any communication in a while, and it's given me time l needed to think. Remember when you said we should live with each other and be unhappy so we could be happy? Consider it a testimony to how much I love you that I spent so long pouring myself into that offer trying to make it work. But a friend took me to the most amazing place the other day. It's called the augusteum. Octavian Augustus built it to house his remains. When the barbarian came, they trashed it along with everything elase. The great Augustus, Rome's first true great emperor how could he have imagined that Rome the whole world, as far as he was concerned, one day would be in ruins? It's one of the quietest and loneliest places in Rome. The city has grown up around it over centuries. It feels like a precious wound like a heartbreak you won't let go of because it hurts too good. We all want things to stay same, David. Settle for living in misery because we we're afraid of change, of things crumbling to ruins. Then I looked around in this place, at the chaos it's endured the way it's been adapted, burned, pillaged then found a way to build itself backup again, and I was reassured. Maybe my life hasn't been so chaotic. It's just the world that is the the only real trap is getting attached to any of it. Ruin is a gift. Ruin is the road to transformation. Even in this eternal city, the Augusteum showed me that we must always be prepared for endless waves of transformation. Both of us deserve better than staying together because we're afraid we'll be destroyed if we don't.